Selasa, 19 Januari 2010

Cinta Tak Mengenal Usia

" Akhirnya, ku menemukanmu... Saat raga ini, ingin berlabuh... Ku berharap, engkaulah jawaban sgala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku. "

Lirik lagu dari Naff ini pas saat aku, Dahlia seorang wanita yang telah lama mengharapkan ada pria sepertimu disampingku. Dan akhirnya aku pun menemukanmu. Sebelumnya, saat aku mulai duduk dibangku kuliah, aku tak ingin bermain-main dalam hal percintaan. Dalam hati aku bertekad kuat, untuk memilih pria yang bisa 1 tujuan dengan ku, pria yang bisa bertanggung jawab dalam segala hal dalam hidupnya dan itu pasti menunjukkan dia akan bertanggung jawab terhadapku juga, pria yang baik, pria jujur, pria yang mau bekerja keras, pria yang sayang tidak hanya denganku tapi dengan keluarganya dan keluargaku, pria yang mapan. Tidak munafik aku pasti akan mencari pria yang sudah bekerja. Karena aku yakin, aku akan menemukan pria itu untuk menjadi pendamping hidupku selamanya nanti, dan tidak mungkin aku dibiayai hidup hanya dengan cinta. Pengharapanku terhadap datangnya cinta sejati ternyata terwujud. Ya, kamu! Dahlan, pria yang bekerja sebagai salah 1 staff IT di perusahaan ayahku bekerja kini telah menjadi pacarku dan aku yakin kamu juga adalah cinta sejatiku, walau kita baru pacaran 1 tahun 6 bulan.



Aku kenal dengan dia pada saat acara kantor ayah yang diwajibkan mengajak seluruh anggota keluarga untuk menikmati acara tersebut di puncak. Ketika itu, ayah mengenalkan keluargaku ke keluarga Dahlan. Saat itu, ia datang bersama kedua orang tuanya dan adik perempuannya. Saat pertama bertemu, aku tak merasakan perasaan apapun terhadapnya. Aku merasa dia terlalu serius dan terlalu dingin. Aku tidak suka pria seperti dia. Setelah berkenalan, ayah dan bunda asyik ngobrol dengan yang lainnya. Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat itu. Tak ada anak temen ayah yang seumuran, bahkan mereka jauh lebih muda dan lebih tua dariku.

Saat dalam kebingungan, Mas Dahlan menghampiriku, begitulah panggilan aku terhadapnya.

" Hey, sendirian aja? Ga gabung sama yang lain? ", tanyanya.
" Eh, ga... Lagi pengen sendiri aja. ", jawabku bohong mencari alasan.
" Masa acara seneng-seneng kya gini, kamu malah mau sendirian?? Yuk, saya temenin deh jalan-jalan ke kebun teh. Mau ga? " tanyanya lagi untuk menemaniku.

Aku menatapnya penuh kecurigaan. " Jangan-jangan dia mau macem-macem nih sama aku? ", gumamku dalam hati. Entah darimana dia tahu apa isi pikiranku. Mungkin dia punya indera keenam. Hehehe... Kemungkinan yang ga masuk akal.

" Tenaaaaaang, saya ga akan macem-macemin kamu. Cuma mau menemani nona manis ngobrol aja, daripada sendirian ga jelas kya gini. hehehe.. ", jelasnya sambil merayu.
" Ok deh! ", kataku meng-iya-kan.

Akhirnya kami mengitari hamparan permadani hijau kebun teh itu. Berjalan, berbasa-basi ini-itu sampai akhirnya kami tenggelam dalam perbincangan yang seru. Masih sama perasaanku terhadapnya. Layaknya adik-kakak, kami bercanda, bersenda gurau, saling ejek. Hehehe... Lucu klo inget itu. Sampai akhirnya, kami berpisah dan saling bertukar nomor kontak.

Sejak saat itu, kami sering sekali smsan, telpon-telponan, bahkan chatting. Hari demi hari, kok aku semakin deket ya sama Dahlan?? Mulai merasa jaim, mulai menjaga sikap dan kata-kata, pokoknya ga aku banget deh! Kenapa ya?? Apa ini namanya cinta?? Mungkinkah Mas Dahlan cinta sejati yang aku cari selama ini?? Semenjak muncul perasaan aneh itu, aku selalu deg-degan kalo nerima sms atau telpon dari Mas Dahlan. Huh! Jantungku selalu berdetak kencang klo udah komunikasi sama dia.

Akhirnya kita memutuskan jalan bareng, pendekatan pribadi masing-masing dan pendekatan ke keluarga. Bunda orang pertama yang tahu hubunganku sama salah satu staff IT di kantor ayah itu. Kaget, pastinya... Hehehe... Bunda ga nyangka, anak gadisnya ini berani menjalani hubungan dengan seorang pria yang usianya jauh 7 tahun dariku.

" Yakin kamu nak? Yakin? ", tanya Bunda meyakinkanku.
" Yakin Bun.. InsyaAllah, yakin Bun.. Dahlia udah memikirkannya matang-matang, malah hampir gosong Bun. Hehehe.. ", jelasku setengah bercanda.

Aku pun bercerita pada sahabatku dikampus. Reaksi yang sama seperti Bunda, kaget dan ga percaya.

" Hah?? Lo jadian sama Mas Dahlan yang lo pernah ceritain itu?? Cocok sih, dari nama aja udah Dahlia, Dahlan. hehehe... Eh, apa ga ketuaan?? ", tanya Elga, sahabatku.
" Iya... gue jadian sama Mas Dahlan. Seneng deh! Akhirnya gue nemuin cinta yang cocok. Tua?? Ga ah! Ga masalah buat gue, selagi dia cocok n pengertian sama gue. It's Ok! :) ", jelasku penuh semangat.

Dari kisahku diatas, aku jadi berpikir.. Apa setiap orang memandang cinta karena usia semata?? Klo tidak seumur itu tidak baik?? Atau terlalu jauh beda usianya juga tidak baik?? Apa adil seperti itu??



Menurutku tak adil aja. Bukannya karena aku yang mengalami, tapi pada kenyataannya sekarang pun banyak mereka yang bercinta tanpa melihat lagi usia. Ada yang cowo lebih muda dari cewenya. Ada yang seumuran, ada yang cewe jauh lebih muda dari cowonya. Menurutku itu wajar-wajar aja. Klo pun mereka merasa cocok 1 sama lain, kenapa kacang?? Hehehe... Why Not, maksudnya.. :p

Cinta tak mengenal usia. Ya, karena kebahagiaan manusia terdapat dalam cinta. Tua, muda, anak-anak pun butuh cinta, butuh kasih-sayang. Perbedaannya hanya pada cinta sebagai apa, hubungan cinta seperti apa. Tidak mungkin Nenek "cinta" sama cucunya, layaknya sepasang kekasih. Mereka mencinta karena hubungan history keluarga saja.
Temen aku pun ada yang berpacaran sama cowo 10 tahun lebih tua darinya. Kalo cinta sudah bicara, kita mau bilang apa! Begitu pun dengan aku. :p

Semua itu memang harus di syukuri , walaupun demikian kita sebagai manusia yang di beri kelebihan untuk berfikir dengan logika , maka memang itu yang harus kita lakukan.
Seperti angin segar yang berhembus lembut mengenai tubuh kita, itulah cinta yang seharusnya kita dapatkan.

Cinta itu buta… Cinta tidak mengenal usia, paras rupa, mahupun kekayaan dan harta karun, tetapi dari keikhlasan dari hati setiap insan antara satu sama lain.

Dari bayi pun manusia sudah memiliki rasa cinta, pada orangtua tentunya. Lalu setelah lebih dewasa, rasa cinta kepada Tuhan yang harus dijadikan sebagai yang nomor 1, sampai akhir hayat.

Bagaimana menurut kalian tentang " Cinta Tak Mengenal Usia " ??

2 komentar:

Thesa Adi mengatakan...

memank cinta tak mengenal usia...
bagaimana dengan reaksi ayahanda...
bukan kacang = Why Nut
hehehe ^.^v

PinkDisini mengatakan...

reaksinya biasa aja... :p