"Sebenernya apa sih yang aku inginkan?", tanya seorang gadis bernama Reva pada dirinya sendiri.
Dia begitu serba-salah, menggerutu tidak jelas. Mau tidur salah, mau makan salah. Entah apa yang diinginkan gadis itu.
"Bu, hari ini masak apa?", tanyanya pada ibunya yang sedang membaca tabloid dikamar.
"Ibu ga masak hari ini. Dimeja makan masih ada ikan asin, telor dadar, sama sop iga.", jawab ibunya sambil terus asyik membaca tabloid kesayangannya.
"Hah, sop iga?? Ih, aku kan ga suka iga bu...!! Masak donk bu... Aku mau makan siang pake apa nih!!", ujarnya sambil menahan kesal.
"Ya, udah kamu mau makan apa nih? Biar nanti ibu belanja ke pasar, atau masak mie aja... Ada sawi dan telor dikulkas. Bisa di campur ke mie rebus kan... Atau kamu mau beli makan di restoran padang, atau di ayam bakar langganan kita? Terserah kamu...", tanya ibunya sambil memberikan pilihan.
"Ah, males! Bosen!!", jawabnya ketus.
"Ya, Allah...", ucap ibunya sabar.
Begitulah kalo Reva lagi kesal. Maunya harus selalu dituruti, padahal dia bukan anak tunggal maupun anak bungsu. Dia anak pertama dari dua bersaudara. Dia beda sekali dengan adiknya. Adiknya selalu tau bagaimana menghargai sesuatu, lain halnya dengan Reva. Dia tidak pernah dan tak pernah mau menghargai sesuatu bila sesuatu itu bukan hal yang dia inginkan atau tak sesuai inginnya.
"Sudahlah Kak, makan saja dulu yang ada... Toh, masakan yang dimeja makan juga masakan ibu... Kasian ibu sudah masak... Makanlah walau sedikit, kalo belum kenyang nanti beli cemilan yang lain. Nanti aku yang beliin... Gimana?", tanya adiknya.
"Ih, udah ga mood gue!! Lo aja sana yang makan!!", jawabnya ketus.
Disini saya akan mencoba berbagi pemikiran saya tentang cerita diatas. Cerita tersebut nyata, bahkan mungkin masih banyak terjadi didalam suatu keluarga. Intinya saya ingin mencoba bercerita dari sudut pandang yang lain, yaitu bukan dari keluarga itu sendiri melainkan dari sisi keseluruhannya.
Saya memang belum menikah dan berkeluarga, tapi disini saya mencoba masuk sebagai orang tua. Sudah kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya sejak dini dengan bekal agama yang kuat. Agama adalah hal yang utama bagi diri si anak, agar anak mampu menjaga hati dan perilakunya sesuai apa yang diajarkan dalam agamanya. Apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, apa yang wajib dilakukan dan apa yang sama sekali tidak boleh dilakukan. Itu semua terdapat dalam agama...
Selebihnya, pendidikan... Tidak hanya pendidikan formal, seperti sekolah. Tidak juga hanya pendidikan non formal, seperti kursus-kursus. Pendidikan moral pun perlu. Ya, bagi yang sudah menjadi orang tua, pasti tau lah hal itu... Bagaimana orang tua mampu mendidik anak-anaknya untuk menghargai sesuatu seperti cerita diatas. Bagaimana orang tua mampu mendidik anak-anaknya untuk turut merasakan penderitaan sesama, dan masih banyak pendidikan-pendidikan yang lain yang mampu menumbuhkan si anak menjadi seorang yang baik di luar(perilaku) dan baik di dalam (hati).
Saya sebagai seorang anak dan mahasiswi. Sudah seharusnya seorang anak berbakti pada orang tuanya, menghargai semua yang dilakukan dan diberikan oleh mereka pada kita. Entah yang disuka maupun yang tidak. Tidak sedikit dari kita yang masih mengeluh, menggerutu tentang apa yang mereka lakukan dan beri pada kita. Saya sendiri, misalnya. Saya pun terkadang masih suka uring-uringan kalo ibu atau bapak saya memberikan saya sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan saya, atau meminta tolong sesuatu kepada saya dan terkadang saya tolak dengan ketusnya. Jangan ditiru!! Pikirlah oleh kalian!! Selama ini, kita "menumpang hidup" pada mereka, mereka menanggung semua biaya hidup kita selama kita belum bisa lepas dari mereka, alias sebelum kita mampu membiayai hidup kita sendiri sepenuhnya. Seharusnya kita pun memberikan yang terbaik bagi mereka, terbaik bagi keluarga. Berikan mereka kebanggaan terhadap diri kita, khususnya untuk mereka. Berikan apa yang kita mampu berikan pada mereka. Saya yakin, orang tua tidak akan minta yang macam-macam dari anak-anaknya! Mereka hanya meminta kita menjadi orang yang baik, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab. Mereka sudah senang dan bangga melihat kita seperti itu, seperti apa yang mereka harapkan. Jadi hargai dan hormatilah mereka...
Saya sebagai masyarakat. Coba deh kalian rasakan apa yang dirasakan mereka yang tinggal di kolong jembatan, mereka yang tinggal dilingkungan kumuh, dan mereka yang hidup dijalanan. Susah banget!! Untuk makan aja susah, tapi kita?? Dalam cerita itu misalnya. Reva masih beruntung punya lauk-pauk yang masih bisa dia makan, tapi sayang dia tidak bisa menghargai itu semua. Bagi mereka yang hidup serba kekurangan, makan nasi sama ikan asin aja udah untung banget! Alhamdulillah banget! Asal perut mereka terisi. Itulah manusia... Masih banyak banget yang lebih kekurangan dari kita, tapi mereka yang berlebihan terkadang sulit sekali untuk diajak menghargai. Bukannya saya sok menggurui atau saya sok sudah melakukan hal-hal baik dalam hidup saya, saya juga masih banyak kekurangan. Untuk itu saya mengajak kamu semua untuk belajar menghargai. Sekecil apapun yang kita hasilkan dan apa yang orang lain hasilkan sudah sepatutnya dihargai...
So... What do you think about it??
1 komentar:
Bagusss, BRAVO, akhirnya, indri sudah 'DEWASA' :p
Posting Komentar